1. Garuda Indonesia (flight number forget): Jakarta - Seoul
Garuda Indonesia adalah maskapai full-board nasional Indonesia dan seperti maskapai full-board airlines yang lain, Garuda Indonesia juga menyediakan layanan makan di pesawat gratis karena sudah termasuk dengan harga tiket pesawat. Dalam penerbangan Jakarta - Seoul dengan Garuda Indonesia, saya mendapatkan jatah sarapan karena memang pesawat take-off dari Jakarta jam 2 pagi akibat delay (aslinya jam 23.30 sudah berangkat) dan tiba di Seoul jam 11.00 waktu setempat (aslinya jam 08.30 sudah nyampe Seoul). Sarapan waktu itu disajikan sekitar jam 8 alias sekitar 3 jam menjelang tiba di Seoul. Sarapannya merupakan menu set lengkap dengan 2 pilihan menu utama (main course): nasi goreng rendang atau omelet. Untungnya, pilihan menu tersebut sudah ditulis di kertas menu makanan yang disajikan yang dibagikan kepada semua penumpang sesaat setelah take-off dari Jakarta, jadinya para awak kabin tidak perlu bertanya lagi dan kita tinggal langsung jawab mau main coursenya ini atau itu. Kertas menu makanan tersebut ditulis dalam 3 bahasa: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Korea (karena penerbangan tujuan Seoul, Korea Selatan). Waktu itu, saya pilih main coursenya nasi goreng rendang karena masih belum bisa move on dari masakan Indonesia. Penampakannya terlihat sangat standar dan bisa dibilang ala kadarnya untuk maskapai sekelas Garuda Indonesia, tetapi setelah masuk ke mulut, rasanya ya okelah dan bisa dibilang cukup unik: nasi goreng dengan saos rendang! Selain nasi gorengnya dibumbui saos rendang, disebelahnya masih ada beberapa potong rendang sapi yang juga gak kalah maknyusnya. Rasanya 100% asli Indonesia! Ya mungkin karena menu makanan ini masih dibuat sama katering yang di Jakarta jadinya rasanya masih Indonesia banget. Sebagai pelengkap, ada buah segar dan yoghurt serta pilihan minuman. Setelah sarapan, pesawat mendarat di Seoul dan dengan tenaga yang sudah ngumpul, siap digunakan untuk mengeksplorasi kota Seoul.
Nasi goreng rendang sapi
2. Garuda Indonesia (flight number forget) Seoul - Jakarta
Berbeda dengan menu pada penerbangan sebelumnya ke Seoul, menu makanan pada penerbangan kembali dari Seoul ke Jakarta ini dibuat oleh katering dari Seoul, jadinya tentunya rasa makanannya bisa berbeda. Setelah pesawat take-off, kartu menu makanan hari ini dibagikan oleh awak kabin. Pilihan main coursenya pada hari itu adalah nasi dengan ikan saos kare Indonesia dan nasi dengan ayam bumbu pedas Korea. Kembali lagi masih belum bisa move on dari masakan Indonesia, akhirnya pilihan saya jatuh kepada nasi dengan ikan saos kare Indonesia. Sebagai pelengkap, ada side dish berupa salad kentang, puding karamel, dan satu kantong yang berukuran lumayan besar yang berisi kimchi (sayur fermentasi dari Korea). Porsinya lumayan besar juga buat makan siang di pesawat belum lagi ditambah satu kantong kimchi asli Korea. Main coursenya berupa satu potongan fillet ikan kakap yang lumayan besar ditambah bumbu kare Indonesia di atasnya dan disajikan dengan nasi dan sayuran berupa tumis jagung muda. Meskipun nama menunya sudah berbau Indonesia banget, tapi rasa masakan ini kurang nendang di bumbu kare Indonesianya. Ya maklum lah, kan masakan ini dibuat sama kateringnya Seoul bukan kateringnya Jakarta. Tapi overall, masih tetap maknyus di lidah lah dan yang penting, porsinya gede. Setelah makan siang dengan porsi yang lumayan besar itu, ternyata masih ada sajian lain berupa snack yaitu muffin dan onigiri isi ayam teriyaki (nasi kepal rumput laut asal Jepang). Karena perut masih minta diisi, akhirnya kedua snack tersebut saya makan sehingga sampai di Jakarta, hati puas perut kenyang :).
3. Garuda Indonesia GA370: Surabaya - Batam
Untungnya, saya sudah pernah merasakan naik Garuda Indonesia untuk rute Surabaya - Batam yang kayaknya rute ini sudah tidak diterbangi lagi oleh Garuda Indonesia. Meskipun durasi penerbangannya cuma 1 setengah jam, tapi Garuda Indonesia tetap menyajikan makanan hangat pada penerbangan jarak dekat ini. Pilihan menunya waktu itu adalah mie seafood dan nasi goreng ayam. Saya memilih pilihan mie seafood. Porsinya memang tidak terlalu besar mengingat ini adalah penerbangan jarak dekat dan domestik. Pelengkapnya hanya satu gelas puding sebagai dessert. Hanya itu saja tanpa appetizer dan dan roti. Mie seafoodnya terbuat dari mie goreng bumbu Indonesia dengan topping fillet ikan kakap, udang, dan sawi yang disiram saos tiram. Soal rasa ya cukup maknyus di lidah tetapi menurut saya, mie gorengnya agak kurang bumbu tapi saya terkesan dengan toppingnya yang enak dan gurih. Untuk pilihan kedua, yaitu nasi goreng ayam yang ternyata adalah nasi hainan dengan topping 3 potong ayam panggang (waduh kalo ini ngomongnya ya nasi ayam hainan bukan nasi goreng ayam, mbak:)). Porsinya kelihatan lebih kecil daripada mie seafood karena lebih banyak nasinya daripada ayamnya. Rasanya memang mirip dengan nasi ayam hainan pada umumnya, tetapi menurut saya ayamnya dipanggang kurang lama karena kulitnya masih belum terlalu crispy dan gosong. Overall, Garuda Indonesia sudah memberikan yang terbaik bagi para penumpang penerbangan domestik dengan memberikan layanan makanan hangat, tetapi sayangnya kita yang tidak bisa berharap banyak tentang makanan yang disajikan mengingat ini adalah penerbangan domestik dan kebanyakan makanan yang disajikan berasal dari katering lokal Indonesia.
4. Indonesia AirAsia QZ8502: Singapore - Surabaya
Sekali lagi saya beruntung karena masih bisa merasakan naik pesawat Indonesia AirAsia untuk rute Singapura - Surabaya. Yup, waktu itu saya naik penerbangan Indonesia AirAsia QZ8502 tepat sehari setelah tragedi Indonesia AirAsia QZ8501 terjadi. Perasaan menjadi bertambah takut karena di Singapura, media informasi di sana memuat berita kecelakaan tersebut selama satu hari penuh dan hampir non-stop sampai-sampai di sebuah mal di Orchard Road, televisi segede gaban di sana memasang gambar pesawat yang hilang itu! Mak dueng! Karena tidak ada pilihan lain, terpaksa saya tetap naik penerbangan ini meskipun ada perasaan takut dan tegang juga. Tapi, ternyata perasaan saya itu langsung hilang setelah di udara karena penerbangannya fine-fine saja sampai tibadi Surabaya pun, pesawatnya mendarat dengan halus sekali. Belum pernah saya merasakan landing sehalus itu dengan pengereman yang halus pula tanpa menimbulkan guncangan. Salut kepada para pilot Indonesia AirAsia! Back to the topic, karena lapar di udara, akhirnya saya membeli menu best seller-nya AirAsia, yaitu nasi lemak pak nasser yang terdiri atas nasi lemak (nasi uduk-nya Malaysia) dengan pelengkap rendang ayam, telur rebus, ikan bilis (semacam ikan teri tapi lebih gede), kacang goreng, dan sambal bawang. Ternyata benar, rasa masakan ini super-duper maknyusss! Tak heran, menu ini langsung menjadi best seller di AirAsia. Rendang ayamnya empuk dan kaya rasa meskipun rasanya lebih cenderung ke lidah Melayu daripada rendang Indonesia apalagi yang asli dari Padang dan nasi lemaknya ya lembut dengan rasa Melayu khas nasi lemak yang sangat kuat. Sayang, sambalnya kurang pedas karena sesuai resep aslinya, sambal khas Malaysia itu tidak sepedas sambal Indonesia. Harga makanan ini sekarang di AirAsia adalah Rp65.000,-. Beruntung waktu itu belum kehabisan, karena menu ini cepat sekali ludes jika dibeli langsung di atas pesawat. Saya sarankan sih, pre-book online saja di websitenya AirAsia karena harganya lebih murah dan kamu juga bisa dapat air mineral gratis. Lumayan bukan?
5. Garuda Indonesia (GA855): Singapore - Surabaya
Akhirnya saya dapat kesempatan lagi untuk naik Garuda Indonesia tapi kali ini rutenya Singapura - Surabaya. Ya lumayan mahal sih tiketnya, 1 juta ke atas, tapi jadwalnya bagus banget, berangkat dari Singapura malem jadi bisa jalan-jalan dulu sebelum ke airport :). Penerbangan Singapura - Surabaya normalnya berdurasi 2 jam 10 menit, tapi berhubung naik Garuda Indonesia, jadinya selain dapat TV di setiap kursi, juga dapat satu set makan malam. Pilihan main coursenya waktu itu adalah nasi kare ikan atau nasi ayam asam manis (kalau di Surabaya biasa disebut koloke). Saya pilih nasi ayam asam manis dengan appetizer berupa salad kacang merah dan dessert berupa satu potong cake vanila. Nasi ayam asam manisnya hanya berupa nasi dengan beberapa potong ayam dengan saos asam manis dengan sayuran berupa bok choy dan wortel sebagai pelengkap. Cara penyajiannya cukup menarik tapi sayang ayamnya agak keras sedikit. Soal rasa memang agak berbeda dengan ayam saos asam manis yang biasanya, tapi soal kualitas bahan dan cara penyajiannya, wow, saya beri acungan jempol. Maklum, karena menu makanan itu dibuat sepenuhnya oleh katering dari Singapura, bukan dari Indonesia, jadi maklum saja jika kualitas makanannya tinggi banget. Tapi rasa makanannya meskipun berbeda dengan yang versi Indonesia, tapi tidak mengecewakan amat karena bumbunya diolah secara tepat, hanya rasanya saja yang masih agak berbeda dengan selera Indonesia. Tapi overall, itu semua sudah sangat cukup karena bisa mendapatkan jatah makan gratis jika naik Garuda Indonesia.
Nasi ayam saos asam manis (koloke)
6. Indonesia AirAsia Extra XT8298: Kuala Lumpur - Surabaya
Yang terakhir adalah waktu saya pulang dari Kuala Lumpur ke Surabaya naik Indonesia AirAsia Extra (anak peruasahaan Indonesia AirAsia) penerbangan XT8298. Karena penerbangan berlangsung pada jam 6 malam alias jam makan malam, tentu saja saya terpaksa beli makanan di atas pesawat karena perut sudah tidak bisa diatahan lagi. Sayangnya, waktu itu saya tidak melakukan pre-book meals online yang memang sudah disediakan oleh AirAsia di websitenya dan parahnya lagi, waktu itu sedang bulan Ramadhan atau bulan puasa dan lebih parahnya lagi, waktu itu jam 6 malam waktu di pesawat alias waktunya berbuka puasa dan kebayang kan, ada berapa orang yang kelaparan di pesawat? Sialnya lagi, letak tempat duduk saya yang tricky banget, hanya sekitar 3 baris dari jendela darurat pesawat di tengah. Biasanya, di pesawat budget, akan ada 2 meal cart yang bertugas: dari depan ke tengah dan dari belakang ke tengah. Nah, karena letak tempat duduk saya di tengah, jadi tentu saja mau dari belakang kek atau mau dari depan kek, sama saja saya bakal dapat giliran dilayani yang terakhir dan belum tentu apa makanan yang saya inginkan masih ada! Niat awalnya sih mau beli makanan khas Indonesia AirAsia Extra seperti nasi kuning manado, uncle chin's chicken rice, nasi minyak palembang atau nasi padang, tapi sayang sekali semua itu sudah ludes terjual ketika mbak pramugari dan mas pramugara yang bertugas dari galley belakang tiba di tempat duduk saya. Yang tersedua hanyalah menu paket Ramadhan yang ditawarkan oleh Indonesia AirAsia Extra yaitu nasi minyak with chicken curry and potatoes seharga Rp65.000,00. Ya sudahlah, saya ambil aja daripada kelaparan di pesawat. Nasi minyak yang satu ini terbuat dari nasi basmathi (nasi dari India) yang diberi rempah-rempah dan beberapa biji kismis sehingga modelnya lebih mirip nasi biryani ketimbang nasi minyak yang sesungguhnya. Sebagai pelengkap disajikan kare ayam dan kentang India dan acar. Rasanya ternyata ya tidak mengecewakan juga malah saya bilang lebih enak daripada menu AirAsia yang lain (tapi kalo dibandingkan sama nasi lemak pak nasser, saya lebih memilih nasi lemak pak nasser). Nasinya gurih dan kaya rempah, kare ayam dan kentanya sangat kaya rempah khas India dan potongan ayamnya juga empuk, dan acarnya masih terasa segar banget di lidah. Ternyata, meskipun semua menu andalan AirAsia waktu itu habis, ternyata masih ada satu menu lagi yang tidak kalah enaknya, ya guys :).
Yah, makanan di atas pesawat memang tidak terlalu banyak variannya dan kadang penampilannya kurang meyakinkan, tetapi hilangkan pikiran itu dan cobalah, pasti rasanya bakal lebih enak daripada makan di darat. Believe it or not. Ok, happy travelling and eating, guys!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar